SAUDC – Jika Menjadi Difabel (Part 2)

Posted by defa.miftara.a on Mar 10, 2015 in Uncategorized |

Kita sambung lagi ya cerita yang kemarin 🙂 😀

Setelah pura-pura jadi tuna rungu dan tuna wicara, Games “Jika Menjadi Difabel” pun dilanjutkan. Yupp. Kali ini kami mencoba menjadi seorang tuna netra. Masih berkelompok nih. Mata kami pun ditutup dengan slayer. Sebelumnya kami diminta untuk memerhatikan letak mobil biru ada di mana. Setelah itu, mata kami pun ditutup dan kami diminta berputar sebanyak 3 kali. Wushhh muter dah nih pala adek bang ! :3 Habis muter 3 kali tuh terus kami diminta nyari si mobil biru. Waduhhh gimana ini. Gelap banget. Gak bisa liat apa-apa. Hadap mana aja gak tau :3 Akhirnya aku teriak-teriak deh nyari temen sekelompokku. Nah aku panggil Mirza, temen sekelasku juga pas kuliah. Ehh ketemu dan akhirnya kami pun bergandengan tangan. Cieeeee 😀 Hussshh sama-sama cewek juga. Terus aku sama Mirza jalan deh berdua sambil tangannya mencoba menggapai-gapai apapun yang ada di dekat kami. Kaki kami pun kami tendang-tendangin ke sekitar kami. Hehe. Gak ada lubang kan ya? Kami pun menemukan tepian taman dan kami pun menyusurinya. Daaaaan pelan-pelan kami pun merasa bahwa tepian itu sudah mulai berbelok. Kami pun maju serong ke kiri dan kami mulai memegang suatu benda besar. Kami pun membuka slayer kami. Yeeey !!! Mobil birunya ketemu guys 😀

Eitssss gak sampe di situ aja nih guys kami jadi tuna netra. Habis nemuin itu mobil biru, kami diminta kumpul lagi dan menutup mata kami menggunakan slayer. Sebelumnya kami juga diminta memerhatikan keadaan sekitar. Setelah mata kami tertutup slayer, posisi kami pun dipencar-pencar sama kakak pemandu. Pokoknya kami harus jalan sendiri-sendiri. Daaan…tugas kami adalah mencari di mana letak kursi roda yang tadi sebelumnya dipakai oleh Kak Reiki. Hah? Eeeeenggg…di mana ya guys? Tadi gak merhatiin kursi rodanya di mana :’( Setelah posisi kami sudah mencar-mencar, kami pun mulai bergerak tak tentu arah. Heuheu. Gak ngerti deh gue kayak apa, kan matanya ditutup. Setelah muter ke sana-ke mari, ke kiri-ke kanan, ke barat-ke timur, dan entah ke mana, sampai nabrak temen, sampai megang roda sepeda entah ada teleknya atau enggak (?), dan sampai salah megang kursi roda. Iya. Jadi, kursi rodanya ada dua nih guys. Yang satu, yang dipakai sama Mas Reiki alias yang emang buat contoh. Sama yang satu yang dipakai Mbak Ita (Dewan Konsultatif SAUDC) yang memang Beliau ini memakai kursi roda. Dan aku salah guys. Malah ngraba-raba Mbak Ita. Hehe. Duhh jadi malu. Setelah hampir menyerah, perlahan tapi pasti, raba sana raba sini, akhirnyaaaaaa kursi roda itu ketemu juga. Alhamdulillah. Aku dan teman-teman pun membuka slayer. Horeeeee ! Kursi Roda ! 🙂 Wuihh capeknyaaaa ! 🙁 Tapi seneng donk. Hehe.

Setelah menemukan kursi roda, eh masih ada games lagi nih guys. Jadi nih biar lebih nyaman, kami mau pindah ke Selasar Fisipol. Kami diminta berpasang-pasangan. Aku sama Mirza. Salah satu dari kami akan jadi tuna netra dan yang satunya lagi sebagai pemandu. Aku yang jadi pemandu dan Mirza yang jadi tuna netra. Jadi kami harus berjalan dari halaman belakang Balairung ke Selasar Fisipol. What? Jauhnyaaaa :3 But, it’s okey. Soalnya bukan gue yang ditutup matanya. Eh. Hehe. Instruksi dari Mas Abi, yang jadi pemandu gak boleh bener-bener memandu yang jadi tuna netra. Lho? Gimana sih (?) Ohh, jadi gini kami gak boleh ngasih tau jalannya kalau yang jadi tuna netra gak bener-bener salah jalan. Misalnya, harusnya belok kok dia masih aja lurus itu baru boleh kami tuntun. Gitu 🙂 And let’s begin. Mirza sih enjoy aja gitu. Dia udah tau triknya sih. Menyusuri tepian taman atau trotoar dan aku ngikutin dari belakang. Baru kalau udah mulai belok aku kasih tau deh. Ehhh pas mau sampai Fisipol, Mirza mau nabrak pohon. Hehe. Tapi gak papa kok. Pohonnya gak gedhe-gedhe banget, cuma sejenis tanaman dalam pot gitu. Untuk ke Selasar Fisipol ada tangganya nih guys, ada remnya juga. Rem itu tangga tapi yang kaya perosotan itu lho (?) Biar gampang naiknya aku minta Mirza lewat rem. Kebetulan remnya ada pegangannya guys. Jadi Mirza bisa pegangan di situ. Hehe. Setelah beberapa langkah menaiki rem, sampailah kami di Selasar Fisipol. Yeeey ! 😀

Di Selasar Fisipol ini, kami gak Cuma nyari tempat yang lebih nyaman aja guys. Tapi juga nyari tempat yang sangat mendukung kegiatan kami selanjutnya, yaitu Jika Aku Menjadi Tuna Daksa. Temen-temen tau kan tuna daksa itu apa? Jadi, tuna daksa itu adalah orang-orang yang memiliki kelainan otot dan tulang. Kalau kelainan itu terletak di kaki, mau gak mau mereka harus pakai kursi roda guys 🙁 Nah, udah bisa nebak kan kursi roda yang dipakai Mas Reiki tadi buat apa. Yups. Bener banget. Buat ngrasain gimana jadi tuna daksa. Jadi nih di Fisipol tuh ada cukup banyak rem dan hampir semuanya beda-beda. Ada yang cuma miring doang dan gak ada pegangannya, ada yang sempit banget, dan ada pula yang gak ada pegangannya. Kami pun mencoba satu per satu menggunakan kursi roda. Dari naik rem hingga turun rem. Untuk mencoba naik dan turun tetep harus ada pendampingnya guys. Jadi kami berpasang-pasangan lagi guys. Astaghfirullah. Pas pakai kursi roda di jalan biasa sih enteng-enteng aja guys. Tapi ternyata pas mau nyoba naik rem, hmmmm gak kuat naiknya dan kudu didorong dikit-dikit sama Mirza :’( dan pas turun ternyata gak semudah yang dibayangin nih. Belok-belok dan hampir jatuh kalo gak bisa kontrol kursi rodanya. Apalagi pas di rem yang gak ada pegangannya. Untung ada Mirza ya.

Karena waktu sudah siang, adzan sudah berkumandang. Kami pun menyudahi kegiatan Games “Jika Menjadi Difabel”. Kegiatan kami diakhiri dengan mendengarkan testimoni dari masing-masing anggota UKM. Hmm. Alhamdulillah. Aku bersyukur banget bisa gabung dengan UKM ini. Dari kegiatan ini aja hikmah yang bisa diambil banyak banget. Kita bisa ngrasain gimana sih susahnya jadi difabel. Jadi tuna rungu, yang sulit atau bahkan gak bisa dengerin suara-suara di sekitar kita, gak bisa dengerin musik kesukaan kita. Eh kita yang dikasih pendengaran normal malah kadang gak bersyukur. Lalu gimana rasanya jadi tuna wicara, ketika mau nyampein apa yang ada di pikiran dan hati ini rasanya sulit banget. Gak cuma sulit nyampein, tapi juga sulit buat orang lain memahami kita. Terus jadi tuna netra. Gimana rasanya kalau kita gak bisa liat indahnya dunia. Semuanya gelap. Gak tau arah. Bingung mau kemana. Bayangin aja baru mati lampu bentar aja kita udah sering marah-marah dan mengumpat ke PLN. Lha? Mereka? Coba pikir guys. Ketika semuanya gelap bagi mereka dan mereka tetap semangat menjalani hari. Kemudian gimana sih rasanya jadi tuna daksa yang pakai kursi roda. Kita yang dikasih dua kaki normal sama Allah aja kadang ngeluh capek jalan ke sana ke mari. Bahkan sering bilang malah pengen pakai kursa roda. STOP ! Pakai kursi roda itu gak seenak yang kita bayangin woyyy ! Itu lebih berat daripada ngangkat kedua kaki kita guys. Belum lagi kalo harus naik-turun rem di gedung bertingkat dan pembuatan remnya masih gak sesuai standar. So, kita harus banyak-banyak bersyukur guys. Udah dikasih mata yang sehat bisa melihat, mulut dan lidah yang bisa berucap, telinga yang bisa mendengar, serta kaki dan tangan yang lengkap tanpa kurang suatu apa pun. Dan jangan cuma bersyukur secara lisan doang guys. Tapi juga dengan hati dan perbuatan. Sebagai wujud rasa syukur kita, kita harus bisa membantu teman-teman kita di luar sana yang tidak seberuntung kita. No differences between us, guys ! 🙂 Bahkan banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik dari mereka. Mereka bisa, mereka tetap semangat, mereka pantang menyerah, mereka tetap menjalani hidup mereka dengan penuh rasa syukur, kenapa kita tidak? 🙂

Setelah testimoni dari masing-masing anggota…Ssssst, ada yang ulang tahun nih ! 😀 Cieeee siapa hayooo? Hahay. Yes. Mas Abi, KaDiv. PSDM ultah euy! Dapat maem gratis nih 😀 Kami pun makan siang bersama traktirannya Mas Abi dan ngrayain ultahnya Mas Abi dengan kue ulang tahun kecil. Sederhana memang, tapi kebersamaannya luar biasa. Hehe. Kegiatan hari itu pun usai guys. Alhamdulillah lancar. Alhamdulillah selesai juga ngetiknya hehe. See you next post ya guys ! :*

Reply

Copyright © 2024 Defa Miftara Agustine All rights reserved. Theme by Laptop Geek.